Thursday, January 19, 2017

Kecerdasan Buatan

Sistem informasi kecerdasan buatan (Artifical Intellegance) sangat banyak dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu. Teknologi softcomputing merupakan adalah sebuah bidang kajian penelitian interdisipliner dalam ilmu komputasi dan kecerdasan buatan. Sebagai contohnya dimana beberapa teknik dalam softcomputing diantaranya sistem pakar (expert system), jaringan saraf tiruan (neural Networks), logika fuzzy (fuzzy logic), dan algoritma genetik (genetic algorithms) mulai banyak diterapkan dalam aplikasi-aplikasi yang sangat membantu manusia dalam menjalan kan tugas dan mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Salah satu sub bidang yang menggunakan sistem kecerdasan buatan untuk mengatasi dan menganalisis permasalah yang ada adalah bidang kedokteran. Pengembangan aplikasi kecerdasan buatan pada bidang kedokteran sangat membantu sekali beberapa user yang terlibat dalam kedokteran.

TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN

Teknologi yang digunakan adalah Google Maps dan Android . Google Maps digunakan untuk mendeteksi dimana lokasi yang rawan dengan penyakit apa. Dan dengan Google Maps dapat menunjukan potensi penyakit disekitar pengguna, bahkan meliputi jarak dari pengguna. Android dalam pembuatan Health Circle digunakan untuk mengaksesnya. Yaitu membuka aplikasi Health Circle dengan sebuah teknologi android.

PRODUK YANG DIHASILKAN 

"Health Circle" yaitu mengambil informasi dari media online perihal penyakit menular yang terjadi di suatu kawasan, memverifikasinya, memetakan, kemudian mengedarkannya kepada pengguna. Adapun peta yang digunakan yaitu peta Google Map yang dapat diakses menggunakan ponsel bersistem operasi Android.


Hasil akhirnya, pengguna bisa melihat peta pada Google Map dengan tanda-tanda yang menunjukkan lokasi mana yang rawan dengan penyakit apa. Misalnya ketika ada pemberitaan mengenai wabah penyakit hepatitis di daerah tertentu di Sleman, dalam peta "Health Circle" daerah tersebut akan diberi tanda dan informasi penyakit apa yang menjangkit di sana. Selain itu, ada pula halaman yang menunjukkan potensi penyakit di sekitar pengguna. Halaman ini berisi, misalnya "Hepatitis. Jarak: 5 km", atau "Malaria. Jarak: 10 km".

"Health Circle" membentengi pengguna, memberi informasi tempat berpotensi penyakit, dan memperingatkan jika pengguna memasukinya. "Mirip konsep antivirus pada komputer, kami terapkan untuk manusia," kata Oscar kepada wartawan di Fortakgama Gedung Kantor Pusat UGM. Selain itu, aplikasi ini juga dilengkapi jejaring sosial sederhana yang dapat digunakan untuk saling bertukar informasi tentang penyakit yang sedang diderita pengguna.

Menurut Oscar, akurasi informasi yang diberikan "Health Circle" mencapai 80 persen. Angka tersebut diperoleh karena informasi yang masuk masih diverifikasi oleh tenaga kesehatan bidang epidemik. Untuk keperluan tersebut mereka menggandeng mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM untuk melakukan verifikasi.

Oscar menambahkan, metode serupa juga akan diterapkan pada bidang kebencanaan dan berbagai masalah sosial, dengan menggandeng ahli-ahli di bidang masing-masing. Aplikasi ini telah masuk nominasi Indonesia ICT Awards, Agustus lalu.

0 comments:

Post a Comment