Gadis tersebut berlari dengan kecepatan penuh sambil mendekap sebuah buku tua yang kulitanya sudah terkelupas disana-sini, kalah bertaruh dalam keabadian waktu. Rambut hitamnya ikut menari-nari di sela-sela sentuhannya dengan angin. Ada binar-binar keantusiasan terpercik dari mata birunya yang tidak biasa. Mendapati tempat yang dituju tinggal beberapa langkah lagi, senyum mulai terlukis dengan sempurna pada wajah oval yang dimilikinya.
Terengah-engah dan sedikit kehabisan oksigen yang sudah dibiarkannya menyatu dengan alam luar tadi, ia berhenti sejenak di depan sebuah pondok kecil yang tampak hidup menyatu dengan alam sekitarnya. Warna-warni bunga menghiasi sebagian besar fondasi pondok kecil tersebut. Bahkan di samping bangunan kecil tersebut, kedua iris mata lautan tersebut menangkap ada pohon apel yang tumbuh dengan subur. ‘Seperti cerita Putri Salju saja’ batinnya sambil terpesona melihat keadaan sekitarnya.
Mengeluarkan sebuah kunci tua berwarna kecoklatan, ia memasukkan dan memutarkannya pada lubang kunci pintu berkaca tersebut. Indra penciumannya disapa oleh wangi harum yang menyeruak keluar ketika ia membuka pintu pondok tersebut lebar-lebar. Aneh, seharusnya ruangan ini berbau apak karena sudah sekian tahun tidak terbuka. Tapi, yang terjadi adalah ia merasakan bau harum.. yang mirip seperti pai buatan neneknya dulu.
“Grandma, aku disini.. Aku siap berpetualang sepertimu,” suara halus milik gadis itu memecah lembut alunan sepi yang ada di sekitarnya.
Ia memutuskan untuk segera membaca buku jurnal milik neneknya sambil berjalan menuju sebuah tempat tidur kecil yang memiliki selimut perca berwarna-warni begitu ceria. Lihatlah, bahkan tempat tidurnya juga tidak berdebu! Ketika sudah mendaratkan tubuhnya ke kasur empuk tersebut, pandangannya jatuh menatap sebuah botol kecil keperakan yang berada diatas meja kayu antik di sebelah tempat tidurnya. Gadis tersebut menjulurkan tangan untuk meraih botol yang tidak lebih tinggi dari jari kelingkingnya. Menagamatinya dengan penasaran, membolak-balik dengan hati-hati, gadis berambut sepinggang tersbut masih tidak memiliki bayangan botol apa yang ada di tangannya saat ini.
Sepertinya sesuatu yang ada di botol ini bergerak dan berkelap-kelip dengan indahnya. Dengan hati-hati jemarinya menarik lepas sumbat botol tersebut. Sebuah tawa kecil lolos dari bibirnya ketika melihat serbuk-serbuk keperakan tersebut bergerak keluar dari tempat mereka. Indah sekali! Ia mendongakkan kepalanya menikmati serpihan-serpihan keperakan tersebut jatuh menjadi salju di sekelilingnya. Tidak ingin saljunya habis dengan terburu-buru ia mengarahkan jemarinya untuk menutup kembali botol mungil tersebut. Mengarahkan tangannya untuk menangkap serpihan salju yang masih berputar-putar di dalam pondoknya, ia mengamati struktur kristal tersebut dengan kagum. Buku jurnal yang berusia nyaris satu abad tersebut diletakkannya dengan hati-hati di samping tubuhnya sembari gadis itu meletakkan botol kaca diatas lemari pendek dari kayu. Rasa penasarannya kembali muncul ketika melihat lemari pendek yang didesain antik tersebut. Ia menurunkan tubuhnya di lantai berkayu dan menarik nafas sejenak sebelum menarik kedua handle perak di hadapannya. Bisa saja ia menemukan hal-hal yang berada di luar impian terliarnya. Mungkin ia akan menemukan kapal bajak laut dalam botol seperti yang ditontonnya dalam Pirates Caribbean yang keempat? Mungkin juga ia menemukan kuas ajaib yang dimiliki Rapunzel? Atau bisa saja ia mendapatkan jam pasir pembalik waktu seperti Prince Of Persia?
Jemarinya yang lentik kini sudah menarik kedua handle lemari kayu tersebut dengan berdebar-debar. Ekspresi wajahnya tampak terkejut melihat apa yang sudah ditemukannya.
“Grandma, kenapa kau suka mengoleksi botol-botol dengan berbagai macam ukuran seperti ini?”
Di hadapan gadis itu kini berjejer botol-botol kaca dengan berbagai macam ukuran dan warna. Kini apa lagi yang tersimpan di dalamnya? Dari semua gemerlapnya cahaya yang berpendar pada masing-masing kemasan, ada satu botol sebesar botol sirup yang memikat keingintahuan gadis tersebut. Dengan berhati-hati ia mengeluarkannya dari barisan botol-botol lain.
“Apa lagi yang Grandma simpan di dalam botol ini?” ujarnya penasaran sambil memperhatikan dari luar cahaya-cahaya putih bependar kuat di dalamnya. Cahaya tersebut bergerak-gerak dengan aktif. Membawa botol tersbut di tepi ranjang, ia mulai membuka sumbatnya dengan sekuat tenaga.
BUM!! Ctarrr!
Dengan segera langit yang sedari tadi berwarna biru cerah kini berubah warna menjadi kelabu. Tidak ketinggalan ada petir yang menggelegar diatas sana.
Gadis tersebut terpental ke kasurnya dengan keras ketika berhasil menarik lepas sumbat botol tersebut. Dengan cepat ia segera bangkit ke posisinya semula dan menatap tidak percaya pada keadaan cuaca yang berubah begitu cepatnya. Ia menatap lebih tidak percaya lagi bahwa petir yang menggelegar diatas sana berasal dari dalam botol yang masih berada dalam kedua genggaman tangannya saat ini. Cahaya putih tersebut berpendar begitu terang dan bergerak-gerak aktif menyentuh langit yang semaki menghitam diatasnya.
Dengan satu dorongan yang kuat, gadis tersebut berhasil menutup botol itu kembali. Petir yang berkilat-kilat sombong tersebut kembali lagi ke tempatnya. Terdengar helaan napas lega dari mulut si gadis ketika berhasil mengembalikan cuaca di sekitarnya seperti semula. Awan-awan kelabu sudah mulai menghilang lagi dan digantikan oleh warna yang lebih bersih.
“Kau baru saja mengendalikan sebuah petir, Swetlana. Apa lagi selanjutnya?”
Terengah-engah dan sedikit kehabisan oksigen yang sudah dibiarkannya menyatu dengan alam luar tadi, ia berhenti sejenak di depan sebuah pondok kecil yang tampak hidup menyatu dengan alam sekitarnya. Warna-warni bunga menghiasi sebagian besar fondasi pondok kecil tersebut. Bahkan di samping bangunan kecil tersebut, kedua iris mata lautan tersebut menangkap ada pohon apel yang tumbuh dengan subur. ‘Seperti cerita Putri Salju saja’ batinnya sambil terpesona melihat keadaan sekitarnya.
Mengeluarkan sebuah kunci tua berwarna kecoklatan, ia memasukkan dan memutarkannya pada lubang kunci pintu berkaca tersebut. Indra penciumannya disapa oleh wangi harum yang menyeruak keluar ketika ia membuka pintu pondok tersebut lebar-lebar. Aneh, seharusnya ruangan ini berbau apak karena sudah sekian tahun tidak terbuka. Tapi, yang terjadi adalah ia merasakan bau harum.. yang mirip seperti pai buatan neneknya dulu.
“Grandma, aku disini.. Aku siap berpetualang sepertimu,” suara halus milik gadis itu memecah lembut alunan sepi yang ada di sekitarnya.
Ia memutuskan untuk segera membaca buku jurnal milik neneknya sambil berjalan menuju sebuah tempat tidur kecil yang memiliki selimut perca berwarna-warni begitu ceria. Lihatlah, bahkan tempat tidurnya juga tidak berdebu! Ketika sudah mendaratkan tubuhnya ke kasur empuk tersebut, pandangannya jatuh menatap sebuah botol kecil keperakan yang berada diatas meja kayu antik di sebelah tempat tidurnya. Gadis tersebut menjulurkan tangan untuk meraih botol yang tidak lebih tinggi dari jari kelingkingnya. Menagamatinya dengan penasaran, membolak-balik dengan hati-hati, gadis berambut sepinggang tersbut masih tidak memiliki bayangan botol apa yang ada di tangannya saat ini.
Sepertinya sesuatu yang ada di botol ini bergerak dan berkelap-kelip dengan indahnya. Dengan hati-hati jemarinya menarik lepas sumbat botol tersebut. Sebuah tawa kecil lolos dari bibirnya ketika melihat serbuk-serbuk keperakan tersebut bergerak keluar dari tempat mereka. Indah sekali! Ia mendongakkan kepalanya menikmati serpihan-serpihan keperakan tersebut jatuh menjadi salju di sekelilingnya. Tidak ingin saljunya habis dengan terburu-buru ia mengarahkan jemarinya untuk menutup kembali botol mungil tersebut. Mengarahkan tangannya untuk menangkap serpihan salju yang masih berputar-putar di dalam pondoknya, ia mengamati struktur kristal tersebut dengan kagum. Buku jurnal yang berusia nyaris satu abad tersebut diletakkannya dengan hati-hati di samping tubuhnya sembari gadis itu meletakkan botol kaca diatas lemari pendek dari kayu. Rasa penasarannya kembali muncul ketika melihat lemari pendek yang didesain antik tersebut. Ia menurunkan tubuhnya di lantai berkayu dan menarik nafas sejenak sebelum menarik kedua handle perak di hadapannya. Bisa saja ia menemukan hal-hal yang berada di luar impian terliarnya. Mungkin ia akan menemukan kapal bajak laut dalam botol seperti yang ditontonnya dalam Pirates Caribbean yang keempat? Mungkin juga ia menemukan kuas ajaib yang dimiliki Rapunzel? Atau bisa saja ia mendapatkan jam pasir pembalik waktu seperti Prince Of Persia?
Jemarinya yang lentik kini sudah menarik kedua handle lemari kayu tersebut dengan berdebar-debar. Ekspresi wajahnya tampak terkejut melihat apa yang sudah ditemukannya.
“Grandma, kenapa kau suka mengoleksi botol-botol dengan berbagai macam ukuran seperti ini?”
Di hadapan gadis itu kini berjejer botol-botol kaca dengan berbagai macam ukuran dan warna. Kini apa lagi yang tersimpan di dalamnya? Dari semua gemerlapnya cahaya yang berpendar pada masing-masing kemasan, ada satu botol sebesar botol sirup yang memikat keingintahuan gadis tersebut. Dengan berhati-hati ia mengeluarkannya dari barisan botol-botol lain.
“Apa lagi yang Grandma simpan di dalam botol ini?” ujarnya penasaran sambil memperhatikan dari luar cahaya-cahaya putih bependar kuat di dalamnya. Cahaya tersebut bergerak-gerak dengan aktif. Membawa botol tersbut di tepi ranjang, ia mulai membuka sumbatnya dengan sekuat tenaga.
BUM!! Ctarrr!
Dengan segera langit yang sedari tadi berwarna biru cerah kini berubah warna menjadi kelabu. Tidak ketinggalan ada petir yang menggelegar diatas sana.
Gadis tersebut terpental ke kasurnya dengan keras ketika berhasil menarik lepas sumbat botol tersebut. Dengan cepat ia segera bangkit ke posisinya semula dan menatap tidak percaya pada keadaan cuaca yang berubah begitu cepatnya. Ia menatap lebih tidak percaya lagi bahwa petir yang menggelegar diatas sana berasal dari dalam botol yang masih berada dalam kedua genggaman tangannya saat ini. Cahaya putih tersebut berpendar begitu terang dan bergerak-gerak aktif menyentuh langit yang semaki menghitam diatasnya.
Dengan satu dorongan yang kuat, gadis tersebut berhasil menutup botol itu kembali. Petir yang berkilat-kilat sombong tersebut kembali lagi ke tempatnya. Terdengar helaan napas lega dari mulut si gadis ketika berhasil mengembalikan cuaca di sekitarnya seperti semula. Awan-awan kelabu sudah mulai menghilang lagi dan digantikan oleh warna yang lebih bersih.
“Kau baru saja mengendalikan sebuah petir, Swetlana. Apa lagi selanjutnya?”